Apabila membaca kisah
Srikandi Islam, Kisah Isteri-Isteri Rasulullah
terutama Saidatina Aisyah R.A
saya akan tersenyum senang.
sungguh !
saya ingin mencontohi keperibadian beliau
Siti Aisyah adalah
istri yang paling dicintai Rasulullah
dibanding dengan istri-istri yang lain.
Dari Anas berkata, Rasulullah bersabda,
“Perempuan yang paling aku cintai adalah Aisyah dan
(yang paling aku cintai)
dari laki-laki ialah bapaknya (HR. Bukhari Muslim).
Pernah suatu ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah,
‘Bagaimanakah kasihmu terhadapku?’
‘Seperti ikatan simpulan tali,’ jawab baginda
‘Seperti ikatan simpulan tali,’ jawab baginda
yang bermaksud kasihnya itu kuat dan kukuh.
Lalu pada waktu-waktu seterusnya
Saidatina Aisyah r.a. akan bertanya kepada Rasulullah,
‘Bagaimana keadaan simpulan itu?’
dan jawab baginda ‘Demi Allah, masih sama (kukuh)’.
Jika ada orang yang mengaku mencintai Rasulullah
seperti dia mencinta beliau,
Aisyah merasa sangat sedih dan cemburu,
walaupun wanita itu sudah wafat.
Misalnya, walaupun Khadijah telah tiada,
Rasulullah selalu saja mengenang dan menyebut-nyebut namanya,
kerana Rasulullah dahulu banyak bergantung kepadanya,
dan hal ini membuatkan Aisyah cemburu.
Kecemburuan Aisyah ini tidak dapat
dipadam dan dibendung lagi.
Namun, itu juga sebagai bukti rasa
cinta Aisyah kepada Rasulullah.
Siti Aisyah merupakan teladan paling sempurna
Beliau tidak pernah melanggar hukum-hukum Rasulullah
sepanjang hidupnya bersama Rasulullah selama 9 tahun.
Bahkan, ketaatan Aisyah telah mencapai taraf tertinggi,
jika terbisik di mindanya sesuatu perkara
yang dapat membuat suaminya marah,
dia akan terus meninggalkannya.
Dari Abu Hurairah berkata,
Rasulullah bersabda,
“Tidak dihalalkan bagi seorang istri
berpuasa sunnah di waktu ada suaminya,
melainkan dengan izin suaminya.
Juga tidak boleh istri orang masuk ke
rumahnya melainkan dengan izin suaminya.”
(HR. Bukhari Muslim).
Dari hadits tersebut,
tidak diragukan lagi bahwa taat kepada suami dan
melaksanakan perintahnya merupakan
kewajiban terpenting seorang istri.
Siti Aisyah adalah cermin wanita soleha yang
sentiasa taat dan patuh dengan arahan suami.
Ia selalu memfokuskan semua pekerjaannya
setiap pagi dan petang untuk mentaati Rasulullah,
melaksanakan perintahnya,
menjauhi larangannya,
serta melaksanakan hal-hal yang menyenangkannya.
Jika mendapati tanda-tanda kesedihan,
kegelisahan, atau kebencian di mata Rasulullah,
dia akan merasa resah dan gelisan.
Lalu dia pun berpikir dan berusaha
untuk segera menyelesaikannya
permasalahan yang dihadapi Rasulullah
Dia juga sangat menghormati dan
menjaga kerabat Rasulullah dan
berusaha untuk tidak mengecewakan harapan mereka.
Dia sangat menghormati para sahabat dan teman Rasulullah,
serta tidak pernah menghalangi permintaan dan permohonan mereka.
Aisyah juga merupakan sebaik-baik istri
dalam bersikap ramah tamah kepada suami,
menghibur hatinya,
dan menghilangkan derita suaminya.
Di hati Rasulullah, kedudukan Aisyah sangat istimewa.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di muka,
bahwa walaupun Aisyah sangat zuhud dan qanaah,
ia juga memperhatikan penampilannya.
Ia sangat memperhatikan hijab dan jilbab.
Hal ini semakin tegas setelah turunnya perintah untuk berjilbab.
Komitmen Aisyah terhadap jilbab ini ia buktikan
dengan tetap berjilbab di depan Ishaq,
meski ia seorang tabi’in yang buta.
Ia juga selalu memperhatikan penampilannya di hadapan suaminya.
Dengan kata lain,
bahwa Aisyah sangat menjaga penampilan
yang membuatkan Rasulullah suka.
Ia menjaganya dirinya agar Rasulullah
tidak menemui sesuatu yang kurang menyenangkan dari dirinya
Karena itu, salah satunya ia senantiasa mengenakan
pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah.
Bukti lain dari kecintaan dan kasih sayang Siti Aisyah
terhadap Rasulullah terlihat ketika beliau menjelang akhir hayatnya.
Rasulullah sering mengalami sakit.
Maka, beliau meminta kerelaan kepada istri-istri beliau yang lain
untuk tinggal di kamar Aisyah selama beliau sakit.
Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah selama sakit di kamarnya
merupakan penghormatan yang sangat besar,
karena ia dapat merawat beliau hingga akhir hayatnya.
Tujuan Rasulullah memilih dirawat dan menetap di rumah Siti Aisyah
tersebut adalah agar ia dapat menghafal seluruh perkataan dan perbuatan
beliau pada hari-hari terakhirnya,
karena memang Allah telah menganugerahi Aisyah dengan berbagai keutamaan dan kelebihan,
berupa akal yang cerdas,
ingatan yang kuat dan tingkat pemahaman yang cepat.
Maka berpindahlah Rasulullah menuju ke rumah istri tercintanya.
Aisyah pun begadang sepanjang malam berbagi hati merasakan kesakitan sang suami,
dengan rasa cinta dan kasih sayangnya ia urus suami
walaupun harus menebus (nyawa) sang suami dengan dirinya.
Aisyah dengan lembut mengatakan,
"Diriku, ayahku, dan ibuku, semuanya akan
berkorban untuk menebus dirimu,
wahai Rasulullah."
Hari demi hari penyakit Rasulullah semakin parah
sampai-sampai beliau tidak mampu lagi
melaksanakan solat berjamaah
bersama kaum muslimin di masjid.
Detik-detik terakhir kehidupan Rasulullah semakin dekat.
Aisyah ketika itu menjadi tempat bersandar bagi tubuh beliau,
Rasulullah selalu dalam dakapan dan pelukannya,
ia juga selalu menyediakan siwak untuk beliau.
Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal,
tahun ke-11 Hijriyah, dalam usia 63 tahun.
40 tahun sebelum kenabian dan 23 tahun sesudahnya.
13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.
Beliau dimakamkan di dalam rumah Siti Aisyah.
:)
UMMUL MUKMININ Saiditina Aisyah ra patut dijadikan contoh oleh wanita di abad ini
yang berkeinginan menjadi wanita solehah dan mulia di sisi ALLAH SWT.
yang berkeinginan menjadi wanita solehah dan mulia di sisi ALLAH SWT.
..INSYAALLAH..
No comments:
Post a Comment